Agar dapat Bertahan Hidup, Bayi ini Harus dibekukan Selama 72 Jam

Daniel dan Nicky Symmonds tidak sabar menunggu Natal. Apalagi di hari istimewa tersebut mereka akan menggendong sang buah hati. Tapi, harapan indah mereka harus berbayar cemas. Putra pertama mereka, Freddy Cooke, harus dibekukan selama 72 jam agar bisa terhindar dari kerusakan otak.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 20 Desember 2011 silam. Nicky tiba-tiba merasakan sakit perut yang amat sangat. Kontraksi tersebut baru dirasakan Nicky setelah lima hari berselang dari jadwal seharusnya. Sakit perut yang hebat itu membuat Nicky tidak mampu ke rumah sakit. Dia pun memanggil bidan. Dua bidan datang membantu Nicky melahirkan.

“Saya ingat betapa sakitnya sewaktu kontraksi terjadi. Tubuh saya seperti akan terbelah dua Sewaktu bidan datang saya hanya bisa mengerang kesakitan,” kata Nicky, seperti dilansir Daily Mail.

Tidak perlu waktu lama, hanya setengah jam, air ketuban Nicky pecah dan Freddy meluncur keluar. Tapi, si bayi tersangkut di tulang panggul atas sang ibu. Dilansir Mirror, tali pusat si bayi terputus dalam perut sang ibu, yang sekaligus menghentikan pasokan oksigen ke tubuh si bayi mungil. Ketika Freddy berhasil dilahirkan, tubuhnya dingin dan dia tidak bernafas.

“Ketika saya menyentuhnya dia sangat dingin. Tidak bergerak dan tidak bernafas. Saya begitu ketakutan,” kenang Nicky.

Bidan yang membantu Nicky melahirkan langsung menelepon ambulans dan Freddy langsung dilarikan ke Royal Berkshire Hospital. Di sana Freddy mendapat perawatan dan bisa bernafas 20 menit kemudian. Tapi, dokter yang merawat Freddy khawatir si bayi akan menderita kerusakan otak akibat kurangnya suplai oksigen saat dia dilahirkan.

Dokter pun menyarankan terapi es, dimana bayi berumur beberapa menit tersebut harus “dibekukan” untuk menyelamatkannya dari risiko kerusakan otak. Suhu normal bayi ketika lahir adalah 36-37°C, namun suhu tubuh Freddy diturunkan hingga 33°C agar bengkak pada otaknya bisa berkurang.

“Ketika saya mengunjungi Freddy di rumah sakit, dia sudah diletakkan di tempat tidur es yang akan mempertahankan suhu tubuhnya tetap di 33°C,” kata Nicky.

Di tempat tidur itu, Freddy dibalut selimut yang tersambung dengan selang berisi air es untuk mendinginkan tubuhnya. Tubuh kecil itu juga tersambung dengan berbagai kabel untuk mempertahankan hidupnya. “Saya melihatnya menggigil dan gemetar kedinginan. Saya tidak tega. Saya ingin memeluknya dan membuatnya hangat,” cerita Nicky.

72 jam kemudian, para dokter memutuskan untuk “mencairkan” Freddy dan memeriksa kondisi otaknya. “Kami diberitahu bahwa hal itu sangat kritis karena bisa jadi Freddy menderita kejang-kejang setelah dihangatkan,” kata Daniel, sang ayah.

Freddy dihangatkan secara perlahan selama 12 jam. Tidak berapa lama, dia kemudian bisa menggerakkan kaki dan tangannya. Hal yang merupakan kabar gembira bagi kedua orang tuanya, karena berarti tidak ada kerusakan di otak Freddy. “Dokter yang merawatnya tidak percaya, dia kekurangan oksigen selama 20 menit dan dia terbangun tanpa menderita suatu apapun,” kata Nicky.

Malam Natal adalah saat pertama Nicky dan Daniel bisa memeluk buah hati mereka. “Saya sangat terharu. Freddy menjadi hadiah Natal terbaik,” ungkap Nicky. “Dia terasa hangat dan jantungnya berdetak, padahal beberapa hari lalu, banyak kabel tersambung ke tubuhnya dan dia sangat dingin,” imbuhnya.

Sekarang, dua tahun telah berlalu dan Freddy tumbuh menjadi balita yang sehat. Bahkan, sejak kecil Freddy telah diajarkan untuk beramal. Tahun lalu, Nicky bersama Freddy, melakukan kampanye “Cool To Save A Life” guna menggalang dana bagi pengadaan mesin pendingin di rumah sakit.

No comments:

Post a Comment